Ruang Lingkup Menyimak
Jumat, 05 Mei 2017
Senin, 12 September 2016
Menyimak
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam era perkembangan dewasa ini makin lama kita rasakan
pentingnya berkomunikasi baik antar anggota masyarakat maupun antar kelompok
dalam masyarakat. Alat komunikasi yang
paling ampuh adalah bahasa. Dengan bahasa manusia sebagai mahluk sosial dapat
berhubungan satu sama lain secara efektif. Dengan bahasa kita menyatakan
perasaan, pendapat, bahkan, dengan bahasa kita berpikir dan bernalar. Oleh
sebab itu agar komunikasi berjalan dengan lancar, tidak menimbulkan salah
paham, kita perlu terampil berbahasa baik lisan maupun tulis. Keterampilan
berbahasa erat kaitannya dengan proses berpikir yang mendasari bahasa.
Keterampilan berbahasa
seseorang tidak lepas dari empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu: 1)
Keterampilan menyimak, 2) keterampilan berbicara, 3) keterampilan membaca, dan
4) keterampilan menulis. Di saat masih kecil manusia hanya memiliki
keterampilan menyimak. Baru setelah berusia sekitar dua tahun mulai belajar
berbicara. Perkembangan bahasa terus meningkat sejalan dengan umur dan
pengalamannya di lingkungan.
Keterampilan bahasa seseorang berangkat dari menyimak, demikian hubungan
menyimak dengan bicara sangat erat. Jika seseorang mampu menyimak pembicaraan orang lain dengan baik,
maka ia akan bisa berbicara dengan baik pula.
Menyimak adalah
mendengarkan atau memperhatikan secara seksama terhadap sesuatu diucapkan
(dibicarakan) oleh orang lain Fajri (2008:947). Dapat dikatakan bahwa menyimak
adalah aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk
memperoleh ide, informasi, mendapatkan
pemecahan masalah, dan menemukan
fakta-fakta baru yang menarik.
Menurut Fajri
(2008:947) menyimak merupakan keterampilan dan kegiatan berbahasa yang
bertujuan untuk: 1) menangkap dan memahami ujaran, lafal, dan intonasinya, 2)
menangkap, memahami makna kata-kata atau kelompok kata, kalimat, alinea atau
paragraf dan wacana, 3) menangkap, memahami maksud atau gagasan (ide) yang
disampaikan pembicara, 4) mengartikan bunyi ucapan dan memahaminya, dan 5)
melakukan penilaian terhadap makna ucapan, 6) melakukan tanggapan atas ucapan
tersebut.
Di dalam makalah ini
akan dibahas mengenai pengertian menyimak, tujuan menyimak, jenis-jenis menyimak, proses
menyimak, peran menyimak, tahap-tahap dalam menyimak, fungsi menyimak, unsur
menyimak, bahan yang disimak, dan faktor-faktor penyebab menyimak.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah
ini adalah sebagai berikut.
1.
Menjelaskan pengertian menyimak?
2.
Memaparkan Tujuan menyimak?
3.
Memaparkan jenis-jenis
menyimak?
4.
Menjelaskan bagaimana proses menyimak?
5.
Memaparkan peran menyimak?
6.
Menjelaskan tahap-tahap
dalam menyimak?
7.
Memaparkan fungsi menyimak?
8.
Menjelaskan unsur menyimak?
9.
Bahan yang disimak?
10.
Memaparkan faktor-faktor penyebab menyimak?
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan
makalah ini bertujuan untuk.
1.
Mendefinisikan menyimak.
2.
Mengetahui tujuan menyimak.
3.
Mengetahui jenis-jenis menyimak.
4.
Mengetaui proses menyimak.
5.
Mengetahui peran menyimak.
6.
Mengetahui tahap-tahap dalam menyimak.
7.
Mengidentifikasi fungsi menyimak.
8.
Mengidentifikasi unsur menyimak.
9.
Mengetahui bahan yang disimak.
10.
Faktor-faktor penyebab penyimak.
1.4 Manfaat
Adapun
manfaat dalam penyusunan makalah ini diharapkan dapat meningkatkan mutu
belajar, baik dalam proses belajar mengajar, ataupun dalam kegiatan menyimak
pembaca, pembicara dalam menyampaikan informasi, fakta, dan ide.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Hakikat
menyimak
1.1
Pengertian
Menyimak
Tidak dapat disangkal bahwa diatas bumi
terdapat banyak telinga yang kegiatannya hanya sampai pada tingkat mendengarkan
saja, tetapi belum sampai pada taraf menyimak. Dalam bahasa Inggris, padanan
kata mendengar adalah to hear,
sedangkan padanan kata menyimak adalah to
listen, atau dalam bentuk gerund-nya
masing-masing hearing dan listening.
Menyimak merupakan proses
perubahan bentuk bunyi menjadi wujud makna (Suhendar, 1992:1). Yaitu menangkap
bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan atau dibacakan orang lain dan diubahnya
menjadi bentuk makna untuk dievaluasi, ditarik simpulan, dan kemudian
ditanggapi.
Menurut Sutari (1998:17) menyimak
memiliki makna mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang dikatakan
orang lain. Faktor kesengajaan dalam kegiatan menyimak cukup besar, lebih besar
daripada mendengarkan karena dalam kegiatan menyimak ada usaha memahami apa
yang disimaknya sedangkan dalam kegiatan mendengarkan tingkatan pemahaman belum
dilakukan. Dengan demikian, menyimak memiliki arti mendengarkan bunyi bahasa
dengan adanya faktor kesengajaan.
Selanjutnya,
pendapat diungkapkan oleh Tarigan (2008:31),
menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan
penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah
disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Oleh karena itu,
menyimak proses kegiatan mendengarkan ujaran dengan seksama guna memmeperoleh
informasi atau pesan yang disampaikan oleh pembicara.
Dalam kegiatan meyimak bunyi bahasa yang
tertangkap oleh alat pendengar lalu diidentifikasi, dikelompokkan menjadi suku
kata, kata, frasa, klausa, kalimat dan akhirnya menjadi wacana. Menyimak bukan
hanya sekadar mendengarkan bunyi bahasa, tetapi menyimak merupakan kegiatan
yang lebih dari sekadar mendengarkan yaitu mencerna bunyi bahasa untuk
mendapatkan informasi.
Secara sederhana menyimak dapan
didefinisikan sebagai suatu kegiatan menerima pesan, informasi, gagasan,
pikiran seseorang dari orang lain, dengan menggunakan bahasa lisan, dan maksud
tersebut dapat dipahami dengan baik. Mendengar, mendengarkan, dan menyimak
memiliki makna yang berbeda. Mendengar yang terlibat hanya fisik dan tidak ada
unsur kesengajaan. Mendengarkan
yang terlibat adalah fisik dan mental, ada unsur kesengajaan. Dalam menyimak
unsur mental terlibat lebih tinggi dibandingkan pada kebiatan mendengarkan.
Pada dasarnya kegiatan menyimak
merupakan suatu proses psikologis mulai dari proses pengenalan bunyi-bunyi yang
didengarkan dengan penuh perhatian melalui alat pendengar. Dalam kegiatan
menyimak bahasa yang dipakai berupa bunyi-bunyi bahasa yang diidentifikasi,
dikelompokkan menjadi suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat lalu wacana.
Dapat disimpulkan dari pendapat
para ahli di atas bahwa menyimak merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
menangkap atau menerima pesan, informasi, gagasan, pikiran dari orang lain.
1.2
Tujuan
Menyimak
Tujuan orang menyimak sesuatu beraneka
ragam, menurut Tarigan (2008:60) terdapat delapan tujuan orang menyimak
diantaranya adalah:
1.
Menyimak untuk
belajar, orang menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat memperoleh
pengetahuan dari bahan ujaran pembicara.
2.
Menikmati keindahan
audial, orang yang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu
dari materi yang diujarkan atau yang
diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama sekali dalam bidang seni).
3.
Menyimak untuk
mengevaluasi, orang menyimak dengan maksud agar dia dapat menilai sesuatu yang dia simak itu
(baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain).
4.
Menyimak untuk
mengapresiasi materi simakan, orang menyimak agar dia dapat menikmati serta
menghargai sesuatu yang disimaknya itu (misalnya, pembicaraan cerita, pembacaan
puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, dan perdebatan).
5.
Mengomunikasikan
ide-idenya, orang menyimak dengan maksud agar dia dapat mengomunikasikan
ide-ide, gagasan-gagasan, ataupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan
lancar dan tepat.
6.
Menyimak untuk
membedakan bunyi-bunyi, orang yang menyimak dengan maksud dan tujuan agar dia
dapar membedakan bunyi-bunyi dengan tepat;mana bunyi yang membedakan arti
(distingtif), mana bunyi yang tidak membedakan arti.
7.
Menyimak untuk memecahkan
masalah, orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat memecahkan masalah
secara kreatif dan analisis, sebab dari pembicara, dia mungkin memperoleh
banyak masukan berharga.
8.
Menyimak untuk
meyakinkan, orang yang tekun menyimak pembicaraan untuk meyakinkan dirinya
terhadap suatu masalah atau pendapat selama ini dia ragukan.
Agar lebih jelas, lihatlah rangkuman yang tertera pada
gambar 1.
Gambar 1 Delapan Tujuan Menyimak
Menurut Suhendar (1992: 7-9) tujuan menyimak dibagi
menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, (1) tujuan umum menyimak
adalah untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna
komunikasi yang hendak disampaikan oleh di pembaca melalui ujaran, (2) tujuan
khusus menyimak antara lain, menyimak kritis, menyimak konsentratif, menyimak
kreatif, menyimak interogatif, dan menyimak eksploratori.
Adapaun penjelasan mengenai lima tujuan menyimak secara
khusus, sebagai berikut.
1.
Menyimak kritis
Menyimak kritis
adalah sejenis kegiatan menyimak secara kritis, di dalamnya sudah terlihat
kurangnya keaslian atau kehadiran prasangka ketidaktelitian yang akan diamati.
Bertujan untuk mencapai tingkatan fakta-fakta yang diperlukan untuk membuat
suatu kesimpulan.
2.
Menyimak
konsentratif
Menyimak konsentratif (consentrative listening) sering juga disebut a study type listening atau menyimak merupakan sejenis telaah.
Tujuan dari menyimak konsentratif adalah menangkap hal-hal dalam bentuk
informasi maupun dalam bentuk lain agar tumpuan ke arah itu tidak menyimpan
dari isi-isi atau ide-ide yang sebenarnya.
3.
Menyimak kreatif
Menyimak kreatif (creatif
listening) mempunyai hubungan yang erat dengan imajinasi seseorang. Umumnya
imajinasi berhubungan dengan keindahan, bunyi-bunyian, gerak-gerik tentang
sesuatu, dan juga penglihatan terhadap sesuatu. Tujuan dari menyimak kreatif
adalah untuk membangun dan mengontraksikan imaji-imaji visual, dan mencapai
penyelesaian atau pemecahan masalah-masalah serta sekaligus memeriksa dan
menguji hasil-hasil pemecahan masalah tersebut.
4.
Menyimak
Interogatif
Adalah sejenis menyimak intensif yang menuntut lebih
banyak konsentrasi dan selektivitas, pemusatan perhatian dan penilikan, karena
si penyimak harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Tujuan dari menyimak
interogatif adalah untuk mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada
pemerolehan informasi atau bantuan mengenai suatu jalur khsus.
5.
Menyimak
eksploratori
Tujuan dari menyimak eksploratori adalah untuk menemukan hal-hal baru yang
menarik perhatian, menambah informasi mengenai suatu pergunjingan.
Kegiatan menyimak adalah kegiatan yang disengaja, direncanakan
untuk mencapai proses
tujuan (Sutari, 1998: 21). Dalam proses menyimak ada dua aspek tujuan yang
perlu diperhatikan yaitu.
1.
Adanya pemahaman dan
tanggapan penyimak terhadap pesan pembicara
2.
Pemahaman dan tanggapan
penyimak terhadap pesan itu sesuai dengan kehendak pembicara.
Tujuan
menyimak berdasarkan aspek yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
1.
Mendapatkan Fakta
Mendapatkan
fakta dapat dilakukan melalui berbagai cara, bias melalui keterampilan membaca,
bisa dilakukan melalui keterampilan menyimak.
2.
Menganalisis Fakta
Menganalisis fakta yaitu proses
menaksir fakta-fakta atau informasi sampai pada tingkat unsur-unsurnya,
menaksir sebab akibat yang terkandung dalam fakta-fakta itu. Proses
menganalisis ini harus berlangsung ajeg dari saat ke saat. Apa yang disimak
harus betul betul dipahami maknanya.
3.
Mengevaluasi Fakta
Mengevaluasi
fakta dapat dilakukan melalui beberapa pertanyaan yang dapat digunakan sebagai
landasan yaitu bernilai atau tidak fakta-fakta yang diterima, akurat atau tidak
fakta-fakta yang diterima, relevan atau tidak fakta-fakta tersebut dengan
pengetahuan dan pengalaman penyimak. Apabila fakta-fata bernilai, akurat dan
relevan dengan pengetahuan dan pengalaman penyimak maka fakta tersebut dapat
diterima.
4.
Mendapatkan Inspirasi
Inspirasi
sering dipakai alasan oleh seseorang untuk menyimak suatu pembicaraan. Menyimak
bukan hanya untuk memperoleh informasi melainkan untuk memperoleh ispirasi.
5.
Mendapatkan Hiburan
Hiburan
dapat diperoleh melalui bermacam kegiatan termasuk menyimak, tetapi hal yang
disimak merupakan hal yang dapat menyegarkan pikiran, menyenangkan hati,
menghibur diri. Karena tujuan menyimak di sini untuk menghibur maka pembicara
harus mampu menciptakan suasana gembira dan senang.
6.
Memperbaiki kemampuan
berbicara
Menyimak
merupakan kegiatan yang disengaja maka penyimak harus mampu menyusun rencana
sebuah menyimak. Aspek-aspek yang mempengaruhi kemampuan berbicara supaya
meningkat yaitu, cara mengorganisasi bahan pembicaraan, cara menyampaikan
bahan, cara memikat perhatian penyimak, cara mengarahkan, cara menggunakan
alat-alat bantu, cara memulai dan mengakhiri pembicaraan. Dengan memperhatikan
aspek-aspek tersebut diharapkan penyimak mampu memperbaiki keterampilan berbicaranya.
Bagan
I
Situasi
komunikasi dalam meyimak
|
Melalui pengertian yang telah diungkapkan di
atas dapat diketahui tujuan umum menyimak untuk memeperoleh informasi,
menangkap isi, dan memahami makna melalui proses komunikasi yang disampaikan
oleh pembicara.
Ada tujuh ragam menyimak
berdasarkan tujuan khusus sebagai berikut.
a.
Menyimak untuk belajar
Melalui
kegiatan menyimak esorang mempelajari berbagai hal yang dibutuhkan.
b.
Menyimak untuk
menghibur
Penyimak
menyimak sesuatu untuk menghibur dirinya.
c.
Menyimak untuk menilai
Penyimak
mendengarkan dan memahami simakan, kemudian menelaah, mengkaji, menguji,
membandingkandengan pengalaman dan pengetahuan penyimak.
d.
Menyimak apresiatif
Penyimak
memahami, menghayati, mengapresiasi materi simakan.
e.
Menyimak untuk
mengomunikasikan ide dan perasaan
Penyimak
memahami, merasakan gagasan, ide, perasaan pembicara sehingga terjadi sambung
rasa antara pembicara dan pendengar.
f.
Menyimak deskriminatif
Menyimak
untuk membedakan suara, bunyi.
g.
Menyimak pemecahan
masalah
Penyimak
mengikuti uraian pemecahan masalah secara kreatif dan analitis yang disampaikan
oleh pembicara.
1.3
Jenis-Jenis
Menyimak
Menurut Tarigan
(2008:38-490 menyimak dibagi menjadi dua jenis yaitu
menyimak ekstensif dan menyiamk intensif.
1. Menyimak
Ekstensif
Menyimak merupakan kegiatan mendengarkan
secara saksama untuk memeperoleh informasi dari pembicara. Salah satu jenis
menyimak adalah menyimak ekstensif. Menurut Tarigan (2008:38), menyimak
ekstensif (extensive listening)
adalah sejenis kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih
bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung oleh guru.
menyimak hal umum misalnya siswa menyimak lingkungan sekolahnya dan menyimak
kegiatan yang ada disekelilingnya yang tidak perlu diarahkan dan diawasi oleh
guru. Pada umumnya menyimak ekstensif dapat dipergunakan untuk dua tujuan yang
berbeda.
Salah
satu tujuan menyimak ekstensif adalah menyajikan kembali bahan lama dengancara
baru, kerap kali sangat baik bila hal ini dilakukan dengan pertolongan
pita-pita autentik yang merekam pembicaraan dalam masyarakat. Lebih jauh
efektif dan meyakinkan adalah kutipan-kutipan dari ujaran yang nyata dan hidup.
Pada umumnya, sumber yang paling baik bagi berbagai aspek menyimak ekstensif
adalah rekaman-rekaman yang dibuat oleh guru sendiri karena dapat disesuaikan
dengan kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai. Rekaman-rekaman tersebut dapat
memanfaatkan berbagai sumber, seperti siaran radio dan televisi.
Dalam menyimak ekstensif dibagi menjadi empat yaitu
menymak sosial, menyimak sekunder, menyimak estetik, dan menyimak pasif.
a. Menyimak
sosial
Menyimak sosial
(social listening) atau menyimak
konversasional (konversational listening)
ataupun menyimak sopan (courteous
listening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat
orang-orang mengobrol atau bercengkrama mengenai hal-hal yang menarik perhatian
semua orang yang hadir.
b. Menyimak
sekunder
Menyimak
sekunder atau (secondary listening)
adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan (casual listening) dan secara ekstensif (exstensive listening).
c. Menyimak
estetik
Menyimak estetik
(aesthetic listening) ataupun yang
disebut menyimak apresiatif (appreciational
listening) adalah fase terakhir dan kegiatan termasuk ke dalam menyimak
secara kebetulan dan menyimak secara ekstensif.
d. Menyimak
pasif
Menyimak pasif (passive listening) adalah penyerapan suatu
ujaran tanpa upaya sadar yang biasaya menandai upaya-upaya kita pada saat
belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih
santai, serta menguasai suatu bahasa.
2. Menyimak
Intensif
Menyimak intensif lebih diarahkan pada
kegiatan menyimak secara lebih bebas dna lebih umum serta perlu di bawah
bimbingan langsung pada guru, menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan
yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu. Disamping kearah
leksikal menyimak pun dapat pula ditunjukkan pada maksud-maksud gramatikal.
Salah satu cara yang amat sederhana untuk melatih tipe menyiamk seperti ini
ialah menyuruh para siswa menyimak tanpa teks tertulis, dengan cara sekali atau
dua kali kemudian memeberikan kepada mereka suatu bagian yang mengandung
beberapa penghubung kalimat dan memeberikan kepada mereka teks-teks tertulis
dengan mengosongkan tempat penghubung-penghubung kalimat itu berada. Tugas
meraka adalah mengisinya tanpa menyimak pada pita rekaman lagi.
Jenis-jenis yang termasuk ke dalam
kelompok menyimak intensif ini yaitu menyimak kritis, menyimak konsentratif,
menyimak kreatif, menyimak eksploratif, menyimak interogatif, dan menyimak
selekstif.
a. Menyimak
kritis
Menyimak
kritis (critical listening) adalah
sejenis kegiatan menyimak berupa pencarian kesalahan atau kekekliruan bahkan
juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara dengan
alasan-alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat.
b. Menyimak
konsentratif
Menyimak
konsentratif (concentrative listening)
sering juga disebut a study-type listening atau menyimak sejenis telaah.
c. Menyimak
kreatif
Menyimak
kreatif (creative listening) adalah
sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan
rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, pengelihatan, gerakan,
dan perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau dirangsang oleh suatu
yang disimaknya.
d. Menyimak
eksplorasif
Menyimak
eksplorasif, menyimak yang bersifat menyelidiki, atau exploratory listening adalah sejenis kegiatan menyimak intensif
dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit.
e. Menyimak
interogatif
Menyimak
interogatif (interrogative listening)
adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak
konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari
ujaran sang pembicara karena penyimak akan mengajukan banyak pertanyaan.
f. Menyimak
selektif
Menyimak
selektif hendaknya tidak menggantikan menyimak pasif, tetapi justru melengkapinya.
Kita harus berupaya untuk memanfaatkan kedua teknik tersebut. Denagn demikian,
berarti kita mengimbangi isolasi kultural dari masyarakat bahasa asing itu dan
tendensi kita untuk menginterpretasikan kembali semua yang telah kita dengar
dengan bantuan bahasa yang telah kita kuasai.
Taraf aktivitas penyimak dalam kegiatan mengikuti proses menyimak secara
garis besar dapat dibedakan atas dua taraf. Taraf rendah di mana penyimak baru aktivitas memberikan
dorongan, memepertahankan dan menunjang pembicara. Misalnya, melalui gerakan
non-verbal seperti mengangguk-angguk, senyum, sikap serius, dan sebagainya.
Dapat melalui lambang suara dalam kalimat yang pendek seperti ucapan benar,
saya setuju, ya, ya, ya, dan sebagainya.
The Commission on
the English Curriculum atau komisi Kurikulum Bahasa Inggris di Amerika Serikat
mengklasifikasikan menyimak atas dasar, tidak hanya kepada level atau taraf
menyimak, tetapi dilengkapi dengan dasar lain seperti kemampuan dan ketrampilan
khusus yang diperlukan dalam menyimak. Menyimak bagi komisi tersebut tidak
sekedar menyimak tetapi menyimak sesuatu bunyi tertentu dengan tujuan tertentu
pula. Jenis-jenis menyimak menurut komisi tersebut meliputi:
a.
Menyimak pasif atau
marginal (sekelumit) yang biasa dilakukan anak-anak dewasa ini belajar sambil
mendengar siaran radio. Bila ada siaran yang menarik perhatian, mereka berubah
dari sedikit perhatian menjadi penuh perhatian.
b.
Menyimak
apresiatif, terjadi bila pendengar duduk terpaku menikmati sauatu dramatisasi,
cerita atau puisi, proses pengembangan pemecahan masalah yang baru atau
orisinil disajikan secara lisan. Secara imajinatif pendengar ikut mengalami,
menyusun merasakan karakter pelaku lisan yang diisikan.
c.
Menyimak atentif
yang diperlukan dalam situasi di mana ketetapan pemahaman dituntut seperti
dalam pemberian petunjuk, pengumuman dan perkenalan. Jenis menyimak ini
barangkali ada sedikit perbedaan dengan menyimak dalam situasi di mana penyimak
beradaptasi seperti dalam percakapan dan diskusi yang dikenal dengan nama
menyimak responsif.
d.
Menyimak analitis
yang terjadi bila menyimak mempertimbangkan pesan yang diterimanya serta
mempertentangkannya dengan pengalaman pribadinya. Keterampilan menyimak
analitis perlu dikembangkan terus pada tingkat sekolah yang lebih tinggi agar
siswa dapat menilai apa yang mereka simak.
Menurut Sutari (1998: 27) jenis-jenis
menyimak diklasifikasikan menjadi beberapa yaitu.
1. Berdasarkan
sumber suara yang disimak
Berdasarkan
sumber suara yang disimak, terdapat dua ragam menyimak.
a. Menyimak
intra pribadi (intra personal listening)
Suara
yang disimak dalam raga mini berasal dari diri sendiri. Artinya kita
mendengarkan pikiran kita sendiri, hal ini dilakukan pada waktu kita sedang
sendiri.
b. Menyimak
antar pribadi (inter personal listening)
Menyimak
yang dimaksudkan di sini ialah menyimak suara yang berasal dari orang lain.
Menyimak yang seperti ini yang paling banyak dilakukan orang.
2. Berdasarkan
taraf aktivitas menyimak
Taraf aktivitas penyimak dapat
dibedakan atas kegiatan menyimak bertaraf rendah dan bertaraf tinggi.
a. Aktivitas
bertaraf rendah
Penyimak dalam aktivitas bertaraf
rendah baru sampai pada taraf
memberikan perhatian, dorongan, dan menunjang pembicaraan. Aktivitas ini
biasanya bersifat nonverbal yang diperlihatkan dengan mengangguk-angguk, penuh
perhatian, mengucapkan ya, setuju dan sejenisnya yang sifatnya mendukung
pembicaraan, menyimak seperti ini disebut silent
listening.
b. Kegiatan
menyimak bertaraf tinggi
Kegiatan penyimakan bertaraf tinggi
biasanya diperlihatkan penyimak dengan mengutarakan kembali isi simakan. Hal
ini menunjukkan bahwa penyimak memahami bahan simakan.
3. Berdasarkan
taraf hasil simakan
Berdasarkan taraf hasil simakan
terdapat beberapa ragam atau jenis menyimak seperti di bawah ini.
a. Menyimak
terpusat
Pikiran menyimak terpusat pada
suatu perintah atau aba-aba, untuk mengetahui kapan saatnya mengerjakan suatu
perintah. Dalam hal ini menyimak harus benar-benar memusatkan pikirannya agar
tidak salah melaksanakan hasil simakannya.
b. Menyimak
untuk membandingkan
Penyimak, menyimak pesan kemudian
membandingkan isi pedan dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak yang
relevan.
c. Menyimak
organisasi materi
Penyimak lebih mementingkan
mengetahui organisasi pikiran yang disampaikan pembicara, baik ide pokoknya
maupun ide penunjangnya.
d. Menyimak
kritis
Penyimak mencoba menyimak secara
kritis dengan cara menganalisis materi atau pesan yang disimaknya untuk
kejelasan penyimak meminta data atau informasi lebih lengkap tentang hal yang
dikemukakan pembicara.
e. Menyimak
kreatif dan apresiatif
Penyimak memberikan reaksi lebih
jauh terhadap hasil simakannya dengan memberi respons baik fisik maupun mental,
pada taraf ini setelah penyimak memahami dan menghayatinya betul pesan itu
penyimak memperoleh inspirasi yang dapat melahirkan pendapat baru sebagai hasil
kreasinya.
4. Berdasarkan
hasil penyimakan
Berdasarkan caranya ada dua ragam
menyimak. Cara menyimak ini mempengaruhi kedalaman dan keluasan.
a. Menyimak
intensif
Dengan cara menyimak yang intensif
penyimak melakukan penyimakan dengan penuh perhatian, ketekunan dan ketelitian
sehingga penyimak memahami secara mendalam dan menguasai secara luas bahan
simakannya yang termasuk ke dalam menyimak intensif ialah: menyimak kritis,
menyimak konsentratif, menyimak kreatif, menyimak interogatif, dan menyimak
selektif.
b. Menyimak
ekstensif
Menyimak ekstensif boleh dikatakan
kegiatan menyimak yang berlawanan dengan menyimak intensif. Menyimak ekstensif
meliputi menyimaksekunder, menyimak estetik, menyimak sosial.
5. Berdasarkan
tujuan menyimak
Penentuan menyimak dapat pula
didasarkan atas tujuan menyimak. Ada enam jenis menyimak yang berdasarkan
tujuan ini, yaitu.
a. Menyimak
sederhana
Menyimak
sederhana terjadi dalam percakapan dengan teman atau percakapan melalui telepon
b. Menyimak
deskriminatif
Menyimak
untuk membedakan suara, perubahan suara, seperti membedakan suara orang marah,
gembira.
c. Menyimak
santai
Menyimak
untuk tujuan kesenangan
d. Menyimak
informative
Menyimak
untuk mencari informasi, menyimak pengumuman, jawaban pertanyaan dan
sebagainya.
e. Menyimak
literature
Menyimak
untuk mengorganisasikan gagasan, seperti penyusunan materi dari berbagai
sumber, pembahasan hasil penemuan. Merangkum membedakan butir-butir dalam
pidato, mencari penjelasan butir tertentu.
f. Menyimak
kritis
Menyimak
untuk menganalisis tujuan pembicara.
g. Menyimak
komprehensif
Menyimak
komprehensif ialah mendengar untuk tujuan memahami (comprehensive listening).
Menyimak dalam
taraf aktivitas seperti tersebut di atas dinamai “Silent Listening”. Taraf kegiatan yang tinggi di mana penyimak
tidak hanya melakukan taraf rendah tetapi juga aktivitas seperti dapat
mengutarakan kembali isi pesan yang smapaikan pembicara. Pengutaraan kembali
isi atau perasaan yang disampaikan pembicara. Pengutaran kembali isi atau
perasaan yang disampaikan pembicara merupakan tanda bahwa penyimak dapat
menangkap isi bahan simakan.
Menyimak dalam
taraf seperti inilah yang disebut dengan istilah “Active Listening”. Menurut Greene and Petty (1969:162) dalam
Rifnida dan Dwi (2011:14), berdasarkan levelnya atau tarafnya maka menyimak
dibagi atas:
a.
Menyimak suara atau
kata tanpa mereaksi atas atau kata tersebut karena maknanya tidak dipahami.
b.
Menyimak
terputus-putus, sebentar menyimak sebentar tidak. Saat atau waktu tidak menyimak
pikiran melayang entah kemana.
c.
Menyimak terputus
untuk mengetahui bila giliran mengerjakan sesuatu.
d.
Menyimak pasif
dengan sedikit respon.
e.
Menyimak dangkal,
bagian penting hilang namun disetujui atau diterima karena sudah dikenal.
f.
Menyimak untuk
dicocokan atau disosialisasikan dengan pengalaman yang relevan.
g.
Menyimak terpusat
untuk mengetahui organisasi materi yang disampaikan, ide pokok dan detail
penunjangnya.
h.
Menyimak kritis,
termasuk minta data tambahan terhadap pernyataan yang dibuat.
i.
Menyimak kreatif
dan apresiatif dengan respons mental dan fisik yang asli.
Pengklasifikasian
menyimak berdasarkan tujuannya paling sering atau banyak digunakan para ahli.
Menurut Tidyman dan Buterfield (1959:59) dalam Rifnida dan Dwi (2011:16)
mengklasifikasikan menyimak sebagai berikut.
a.
Menyimak sederhana
seperti dalam bertelepon dan berbicara dengan teman.
b.
Menyimak
diskriminatif seperti membedakan suara binatang dan suara lalulintas,
mengidentifikasi burung dan suaranya, perubahan nada suara guru untuk
mengekspresikan perasaan atau suasana hati.
c.
Menyimak untuk
kesenangan seperti pembacaan puis, cerita pendek, dan rekaman.
d.
Menyimak untuk
informasi seperti pengumuman, jawaban pertanyaan, dan mendaftarkan ide.
e.
Menyimak untuk
mengorganisasikan ide seperti penyusunan materi dan berbagai sumber,
mendiskusikan penemuan, merangkum, membedakan butir-butir dalam suatu pidato,
menjelaskan butir-butir tertentu.
f.
Menyimak kritis
seperti menganalisis tujuan pembeicaraan dalam diskusi perdebatan, percakapan,
atau khotbah, dan mengetahui penyimpangan, emosi, melebih-lebihkan, propaganda,
kejengkelan, kebingungan, dan sebagainya.
g.
Menyimak kreatif
seperti dalam menikmati musik, gambar drama-lisan dramatisasi, mengutarakan
pikiran dan perasaan dalam kata-kata sendiri menemukan ide dan suatu film untuk
mengarang kreatif.
6. Berdasarkan
situasi komunikasi dalam menyimak
Kegiatan komunikasi dalam
menyampaikan dan menerima gagasan yang menggunakan bahasa isyarat sebagai media
yaitu berbicara dan menyimak, keduanya bekerja selalu seiring dan saling membutuhkan.
Kegiatan komunikasi ini berlangsung lewat tatap muka baik dalam hubungan searah
maupun dua arah.
a.
Menyimak efektif
Keberhasilan menyimak sangat
tergantung pada pembicaraan sebagai sumber pesan. Pembicaraan yang efektif
dalam melaksanakan kegiatan akan memberi kemudahan kepada penyimak menyerap
gagasannya. Penyimakan akan efektif apabila ada kerjasama yang baik antara
pembicara dan penyimak. Seseorang dikatakan menyimak dengan efektif apabila ia
mampu memahami isi pembicaraan dengan baik, selain itu seseorang dikatakan
menyimak dengan efektif apabila ia mampu memahami isi pembicaraan dengan baik.
1.4
Proses Menyimak
Menurut
Sutari (1998: 60) aspek-aspek yang terlibat di dalam proses menyimak akan
diuraikan sebagai berikut.
a. Rangsang
bunyi
Banyak ahli yang memberikan pendapatnya
tentang simbol-simbol dari pembicaraan yang diterima seseorang dalam proses
menyimak. Missal : bila seseorang meneriakan “ada kebakaran!”, maka teriakan
itu sama maknanya dengan isyarat bunyi sirine mobil pemadam kebakaran.
b. Penerimaan
oleh alat dengar
Menerima pesan dalam menyimak merupakan
proses mendengarkan rangsangan yang berupa bunyi. Gelombang-gelombang suara
yang berjalan melalui udara merangsang telinga menerima yang menyebabkan si
penerima berita mengaktifkan pendengarannya, mula-mula berupa dorongan atau
rangsangan pada syaraf-syaraf.
c. Perhatian
dan penyeleksian
Proses perhatian dan penyeleksian
berlangsung sebelum dan selama penerimaan respon. Proses ini diketahui bahwa
sebuah mekanisme kerja otak dapat membantu kita dalam menyeleksi mana pesan
yang diinginkan dan mana pesan yang tidak diinginkan.
d. Pemberian
makna
Proses ini mengacu pada
penginterpretasian atau pemahaman terhadap pesan yang didengar dan diterima.
Tujuan dari proses ini adalah untuk menghasilkan makna serupa atau sedekat
mungkin dengan pesan yang diberikan oleh pembicara.
Bagan
2
Ilustrasi proses menyimak dan proses
merespon terhadap hasil simakan
Pada
gambar di atas terlihat bahwa pada bagan proses menyimak berbetuk kerucut,
dengan bagian lebar di atas dan bagian sempit di bawah. Hal itu dapat
diinterpretasikan bahwa pada awal proses menyimak hanya pesan yang dapat
diterima, akan tetapi ketika dimaknai oleh penyimak maka psan itu sangat
individual, bergantung pada interpretasinya.
Menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan sutu proses, dalam proses ini terdapat tahap-tahap. Tarigan (1994:58)
menyimpulkan lima tahap dalam proses menyimak, yaitu:
a.
Tahap mendengarkan
Dalam tahap ini kita mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujaran atau pembicaraan;
b.
Tahap memahami
Yaitu tahap mengerti dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh sang pembicara;
c.
Tahap menginterpretasi
Yaitu tahap menafsirkan isi dengan cermat dan teliti ujaran sang pembicara;
d.
Tahap mengevaluasi
Yaitu tahap menilai pendapat dan gagasan, keunggulan dan kelemahan, serta kebaikan dan kekurangan sang pembicara.
e.
Tahap menanggapi
Merupakan tahap terakhir dalam menyimak.
1.5
Peran Menyimak
Terdapat empat peran dalam menyimak, diantaranya adalah:
a. Landasan belajar berbahasa
b. Penunjang keterampilan berbicara, membaca dan menulis
c. Pelancar komunikasi lisan
d. Penambah informasi
1.6
Tahap-Tahap Menyimak
Menyimak sebagai salah satu
keterampilan berbahasa memiliki tahap. Terutama kegiatan menymak pada siswa.
Menurut Strickland (Tarigan, 2008:31), adanya sembilan tahap menyimak, mulai
dari yang berketentuan sampai yang bersungguh-sungguh. Sembilan tahap tersebut
sebagai berikut:
1. Menyimak
berkala, yang terjadi pada saat anak merasakan keterlibatan langsung dalam
pembicaraan mengenai dirinya.
2. Menyimak
dengan perhatian dangkal karena sering mendapatkan gangguan dengan adanya
selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar pembicaraan.
3. Setengah
menyimak karean terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk
mengekspresikan isi hati serta mengutarakan apa yang terpendam dalam hati sang
anak.
4. Menyimak
serapan karena sang anak keasyikan menyerap atau mengabsorpsi hal-hal yang
kurang pentin, hal ini merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya.
5. Menyimak
sekali-kali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang disimak, perhatian secara
seksama berganti dengan keasyikan lain, hanya memeperhatikan kata-kata sang
pembicara yang menarik hatinya saja.
6. Menyimak
asosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan yang
mengakibatkan sang penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang
disampaikan sang pembicara.
7. Menyimak
dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar ataupun
mengajukan pertanyaan.
8. Menyimak
secara saksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang pembicara.
9. Menyimak
secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan
sang pembicara.
Perbedaan tahap-tahap menimak di atas menggambarkan
perbedaan taraf keterlibatan seseorang terhadap informasi yang disampaikan oleh
pembicara. Situasi-situasi tersebut merupakan contoh dari tahap-tahap menyimak
ditinjau dari perbedaan maksud dan tujuannya.
Menurut Anderson (1972:69) dalam Tarigan
(2008:33-34), tahapan-tahapan menyimak ditinjau dari segi perbedaan maksud dan
tujuan sebagai berikut.
1. Mendengar
bunyi kata-kata tetapi tidak memeberikan reaksi kepada ide-ide yang
ekspresikan, misalnya seorang ibu tahu bahwa putrinya nonberbicara, namun sang
ibu tidak memperhatikannya.
2. Menyimak sebentar-sebentar;
memperhatikan sang pembicara sebentar-sebentar; misalnya mendengar suatu ide
pada suatu khotbah atau ceramah, tetapi ide-ide lainnya tidak didengar apalagi
didengarkan.
3. Setengah
menyimak; mengikuti diskusi atau pembicaraan hanya dengan maksud suatu
kesempatan untuk mengekspresikan ide sendiri; misalnya seseorang yang
mendengarka suatu percakapan hanya untuk
mencari kesempatan untuk mengemukakan kepada hadirin bagaimana cara berternak
ulat sutera.
4. Menyimak
secara pasif dengan sedikit responsi yang kelihatan, misalnya sang anak
mengetahui bahwa sang guru mengatakan kepada seluruh kelas untuk yang kedua
kalinya bagaiman cara berjalan di dalam ruangan agar tidak mengganggu orang
lain. Dikarenakan sang anak sudah megetahui hal itu, penyimakannya bersifat
pasif saja, dan responnya tidak begitu besar.
5. Menyimak
secara sempit, misalnya seorang anggota partai republik menyimak pembicaraan
seorang tokoh dari partai lain. Kesibukannya memilih ide yang diinginkannya,
dia kehilangan ide utama sang pembicara. Inilah akibat penyimakan yang sempit,
ketertutupan hati seseorang.
6. Menyimak
serta membentuk asosiasi-asosiasi dengan butir-butir yang berhubungan dengan
pengalaman-pengalaman pribadi seseorang, misalnya seorang siswa sekolah dasar
mendengar bunyi awal kata-kata Karim,
kurang, kaya, karena, kita, dan menghubungkannya dengan huruf k.
7. Menyimak
suatu laporan untuk menangkap ide-ide pokok dan unsur-unsur penunjang, atau
mengikuti petunjuk-petunjuk; menyimak peraturan-peraturan serta uraian-uaraian
suatu permaian baru.
8. Menyimak
secara kritis; seorang penyimak memeperhatikan nilai-nilai kata emosional dalam
suatu iklan advetensi yang disiarkan melalui radio.
9. Menyimak
secara apresiatif dan kreatif dengan responsi mental dan emosioanl sejati yang
matang, misalnya seorang siswa menyimak gurunya membacakan riwayat perjuangan
seorang pahlawan menentang penjajah, dan memeperoleh kegembiraan karena dapat
mengetahui sifat-sifat pahlawan sejati.
Adapun Hunt (Tarigan, 2008:35-36), mengemukakan ada
tujuh tahapan dalam menyimak. Tahapah tersebut sebagai berikut; (1) isolasi;
(2) identifikasi; (3) integrasi; (4) inspeksi; (5) interpretasi; (6)
interpolasi; dan (7) introspeksi. Berdasarkan tujuh tahapan menyimak tersebut
dapat dijelaskan bahwa menyimak yang
baik tidak hanya mendengar pasuf, tetapi suatu kegiatan atau aktivitas yang
menuntut partisipasi, keikutsertaan, dan keterlibatan sang penyimak.
1.7
Fungsi Menyimak
Aktivitas menyimak disamping dapat digunakan untuk
memahami orang lain, juga dapat digunakan sebagai salah satu cara berempati dan
mengkritisi orang lain. Menurut Devito
(Hermawan, 2012:54), aktivitas menyimak dapat berfungsi untuk menjalin suatu
hubungan, memengaruhi orang lain, bermain-main (hiburan), dan untuk menolong. Artinya
orang-orang yang dapat memahami orang lain dan mempertahankan banyak informasi
memiliki sebuah peluang yang lebih besar untuk berhasil. Bahkan dalam kehidupan
pribadi, kemampuan untuk menenrima dan memamhami setiap informasi dapat
membantu kita mengetahui dan mempelajari segala sesuatu yang diperlukan. Bisa
jadi dengan tujuan memahami orang lain untuk memperoleh informasi atau untuk
mempelajari sesuatu. Berempati maksudnya penyimak yang efektif harus dapat
berempati, dan memahami, dan merasakan setiap emosi dan pikiran pembicara.
Kemapuan berempati ini merupakan elemen penting dalam berkomunikasi yang
efektif. Melalui menyimak, aktivitas atau kegiatan menyimak dapat mempengaruhi
sikap dan perilaku orang lain.Hal itu dikarenakan orang-orang akan lebih
menaruh hormat dan mengikuti apa yang kita katakan jika mereka beranggapan kita
telah menyimak dan memahami mereka. Menyimak pula dapat menghibur diri.
Artinya, kegiatan menyimak dapat menjadi penghibur dan pelepas ketergangguan.
Misalnya, menyimak cerita lucu. Penyimak yang kritis juga dapat mendengarkan
kata-kata pembicara dan memahami setiap gagasan tanpa menenrimanya secara
total. Penyimak yang kritis dapat membantu setiap individu dan masyarakat untuk
memahami diri mereka dan mengevaluasi gagasan-gagasan mereka. Lalu, kegiatan
menyimak pula dapat menolong orang lain. Artinya, kegitan menyimak kita dapat
memberikan jenis pengakuan dan penghargaan untuk mengakui dan mengenal orang
lain. Melalui kegiatan menyimak seperti ini kita juga dapat membantu orang lain
ememcahkan masalah yang sedang dihadapi.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa
kegiatan menyiamk memiliki fungsi tersendiri. Kegiatan menyimak memiliki fungsi
yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan menyimak selain
digunakan untuk memahami orang lain, menyimak pula dapat sebagai kegiatan untuk
mengkritisi dan berempati kepada orang lain.
1.8
Unsur Menyimak
Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang cukup kompleks karena sangat bergantung kepada berbagai unsure dasar ialah unsure pokok yang menyebabkan timbulnya komunikasi dalam menyimak. Setiap unsure merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan unsur yang lain. Unsur – unsur dalam menyimak adalah
a.
Pembicara
Yang
dimaksudkan pembicara ialah orang yang menyampaikan pesan yang berupa informasi yang di butuhkan oleh penyimak. Dalam komunikasi lisan pembicara adalah sumber pembawa pesan, sedang lawan bicaraialah orang yang menerima pesan (penyimak).
Dalam aktivitasnya, seorang penyimak sering melakukan kegiatan menulis dengan mencatat hal – hal penting selama melakukan kegiatan menyimak. Catatan tersebut merupakan pokok – pokok pesan disampaikan pembicara kepada penyimak. Fungsi catatan tersebut ialah sebagaiberikut:
1) Meninjau Kembali Bahan Simakan ( Reviw)
2) Menganalisis Bahan Simakan Pada Dasarnya
3) Mengeavaluasi Bahan Siamakan Pada Tahap Akhir Kegiatan Menyimak,
Langkah ini dapat dilakukan dengan cara :
1) Kekuatan Bukti
2) Validitas Alasan Jika Pernyataan Pembicara Diikuti, dengan alasan - alasan yang
kuat, terpercaya dan logis.
3) Kebenaran Tujuan
b.
Penyimak
Penyimak yang
baik ialah penyimak yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
banyak dan luas. Jika penyimak memliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas, ia dapat melakukan kegiatan menyimak dengan baik . Selain itu, penyimak yang
baik ialah penyimak yang dapat melakukan kegiatan menyimak dengan intensif.
Kamidjan (2001) menyatakan bahwa penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki dua sikap, yaitu sikap objektif dan sikap kooperatif.
1)
Sikap Objektif
Yang dimaksudkan sikap objektif ialah pandangan penyimak terhadap bahan simakan, jika bahan simakan itu baik, ia akan menyatakan baik demikian pula sebaliknya. Penyimak sebaiknya tidak mudah terpengaruh oleh hal hal di luar kegiatan menyimak, seperti pembicara, ruang, suasana sarana dan prasana.
2)
Sikap Kooperatif
Ialah sikap menyimak yang sikap berkejasama dengan pembicara untuk keberhasilan tersebut.
3)
Bahan Simakan
Bahan simakan merupakan unsur terpenting dalam komunikasi lisan, terutama dalam menyimak. Yang dimaksudkan bahan simakan ialah pesan yang disampaikan penbicara kepada penyimak. Yang dapat berupa gagasan, konsep atau informasi.
1.9
Bahan Simakan
Bahan simakan merupakan unsur terpenting dalam komunikasi lisan, terutama dalam menyimak. Yang dimaksud dengan bahan simakan adalah pesan yang disampaikan pembicara kepada penyimak. Bahan simakan itu dapat berupa konsep, gagasan, atau informasi. Jika pembicara tidak dapat menyampaikan bahan simakan dengan baik, maka pesan itu tidak dapat diserap oleh penyimak yang mengakibatkan terjadinya kegagalan dalam berkomunikasi. Untuk menghindari kegagalan, perlu dikaji ulang bahan simakan dengan cara berikut:
1.
Menyimak Tujuan Pembicara
Langkah pertarma penyimak dalam melakukan kegiatan menyimak ialah mencari tujuan pembicara. Jika hal itu telah dicapai, ia akan lebih gampang untuk mendapatkan pesan pembicara. Jika hal itu tidak ditemukan, ia akan mengalami kesulitan. Tujuan yang akan dicapai penyimak ialah untuk mendapatkan fakta, mendapatkan inspirasi, menganalisis gagasan pembicara, mengevaluasi, dan mencari hiburan.
2.
Menyimak Urutan Pembicaraan
Seorang penyimak harus berusaha mencari urutan pembicaraan. Hal itu dilakukan untuk memudahkan penyimak mencari pesan pembicara. Walaupun pembicara berkata agak cepat. Penyimak dapat mengikuti dengan hati-hati agar mendapatkan gambaran tentang urutan penyajian bahan. Urutan penyajian terdiri atas tiga komponen, yaitu pembukaan, isi, dan penutup. Pada bagian pembukaan lingkup permasalahan yang akan dibahas. Bagian isi terdiri atas uraian panjang lebar permasalahan yang dikemukakan pada bagian pendahuluan. Pada bagian penutup berisi simpulan hasil pembahasan.
3.
Menyimak Topik Utama Pembicaraan
Topik utama ialah topik yang selalu dibicarakan. dibahas, dianalisis selama pembicaraan berlangsung. Dengan mengetahui topic utama, penyimak memprediksi apa saja yang akan dibicarakan dalam komunikasi tersebut. Penyimak satu profesi dengan pembicara, ia tidak akan kesulitan untuk menerka topic utama. Sebuah topic utama memiliki ciri-ciri: menarik perhatian penyimak, bermanfaat bagi penyimak, dan akrab dengan penyimak.
4.
Menyimak Topik Bawahan
Setelah penyimak menemukan topic utama, langkah selanjutnya ialah mencari topik-topik bawahan. Umumnya pembicara akan membagi topic utama itu menjadi beberapa topic bawahan. Hal itu dilakukan agar pesan yang
disampaikan dapat dengan mudah dicerna oleh penyimak. Penyimak dapat mengasosiasikan topic utama itu dengan sebuah pohon besar, topic bawahan ialah dahan dan ranting pohon tersebut. Dengan demikian penyimak yang telah mengetahui topic utama, dengan mudah akan mengetahui topik-topik bawahannya.
5.
Menyimak Akhir Pembicaraan
Akhir pembicaraan biasanya terdiri atas: simpulan, himbauan, dan
saran-saran. Jika pembicara menyampaikan rangkuman, maka tugas penyimak ialah mencermati rangkuman yang telah disampaikan pembicara tersebut. Jika pembicara menyampaikan simpulan, maka penyimak mencocokkan catatannya dengan simpulan yang disampaikan pembicara. Dalam hal itu perlu dicermati juga tentang simpulan yang tidak sama, yaitu simpulan yang dibuat pembicara dan penyimak. Jika pembicara hanya menyampaikan himbauan, penyimak haru smemperhatikan himbuan itu secara cermat dan teliti.
1.10 Faktor
Pemengaruh Menyimak
Kegiatan menyimak merupakan salah satu aspek kebahasaan.
Menyimak adalah kegiatan yang pertama kali manusia lakukan. Dalam kegiatan
menyimak ada beberapa faktor yang memepengaruhi kegiatan tersebut. Menurut
Tarigan (2008:105), mengatakan ada delapan hal yang memepengaruhi menyimak,
yaitu sebagai berikut:
1. faktor
fisik;
2. faktor
psikologis;
3. faktor
pengalaman;
4. faktor
sikap;
5. faktor
motivasi;
6. faktor
jenis kelamin;
7. faktor
lingkungan; dan
8. faktor
peranan dalam masyarakat.
Kedelapan faktor di atas, memepengaruhi seseorang
dalam menyimak sesuatu. Dijabarkan bahwa tubuh yang sehat dan kuat membuat
seseorang fokus menyimak sesuatu yang disimaknya. Misalnya, ada seorang siswa
yang sukar menyimak dalam keadann yang serupa, munkin saja dia terganggu dan
kebingungan oleh upaya yang dilakukannya untuk mendengar, atau dia kehilangan
ide-ide pokok seluruhnya. Mungkin juga, secara fisik, dia mungkin berada jauh
di bawah ukuran gizi yang normal, sangat lelah, atau mengidap suatu penyakit
fisik sehingga perhatiannya dangkal, sekilas saja, serta tingkah polahnya tidak
karuan.
Tidak hanya tubuh yang sehat dan kuat, namun
terdapat pula faktor yang lebih sulit diatasi, yang melibatkan sikap dan sifat
pribadi, yaitu faktor psikologis dalam menyimak. Faktor-faktor ini mencakup
prasangka dan kurangnya simpati terhadap para pembicara dengan aneka sebab dan
alasan, keegoisan dan asyik terhadap minat pribadi dan nasal pribadi,
kepicikan, kebosanan, dan kejenuhan serta sikap yang tidak layak. Hal-hal
tersebut dapat memberikan dampak buruk bagi pembelajaran menyimak siswa.
Kegiatan menyimak dapat berjalan baik apabila adanya ketenangan hati dan
fikiran hingga hati merasa damai dan tentram dalam melakukan kegiatan menyimak.
Ada pepetah bahwa pengalaman mengajarkan segalanya.
Sikap kita merupakan hasil pertumbuhan, perkembangan, dan pengalaman kita
sendiri. Kurangnya minat akibat dari pengalaman yang kurang atau tidak ada sama
sekali pengalaman dalam bidang yang akan disimak. Sikap yang menentang dan bermusuhan
timbul darim pengalaman yang tidak menyenangkan. Berdasarkan hal tersebut maka
pengalaman merupakan faktor yang penting dalam kegiatan menyimak. Sikap atau
perilaku orang akan cenderung menyimak seksama pada topik-topik atau
pokok-pokok pembicaraan yang dapat ia setujui daripada pokok-pokok pembicaraan
yang kurang atau tidak disetujuinya. Sikap tersebut wajar. Sebagai manausia,
kita memang cenderung menghilangkan hal-hal yang membuat kita risau, tidak
seimbang, atau justru mempertanyakan posisi kita sendiri pada suatu pokok
tertentu. Dengan permasalahan tersebut, sudah sewajarnya pembicara memilih
topik pembahasan yang menarik bagi penyimak.
Motivasi merupakan salah satu butir
penentu keberhasilan seseorang. Motivasi sangat erat kaitannya dengan pribadi
atau personalitas seseorang. Siapa diri kita juga mempengaruhi perilaku
menyimak. Jika kita yakin dan percaya bahwa pribadi kita mempunyai sifat
kooperatif, tenggang hati, dan analistis, mungkin kita akan menjadi penyimak
yang lebih baik dan unggul dibanding jika berpikir bahwa diri kita malas,
bersifat argumentatif, dan egois. Oleh karena itu, setiap penyimak perlu adanya
motivasi untuk melakukan kegiatan menyimak agar hasil yang diharapkan atau
fakta yang diinginkan dapat terpenuhi.
Jenis kelamin dapat mempengaruhi daya simak. Pria
dan wanita pada umumnya mempunyai perhatian yang berbeda, dan cara mereka
memusatkan perhatian pada sesuatu pun berbeda. Misalnya, menurut Silverman
dalam Tarigan (2008:112), menemukan fakta bahwa gaya menyimak pria pada umumnya
bersifat objektif, aktif, keras hati, analitik, rasional, keras kepala, atau
tidak mau mundur, menetralkan, instrusif, mandiri, swasembada, dapat
mengendalikan emosi, sedangkan gaya menyimak wanita cenderung lebih subjektif,
pasif, ramah, menyebar, sensitif, mudah dipengaruhi, dan emosional. Dengan
mengetahui hal tersebut, guru dapat bijak dalam menghadapi para siswa dalam
kegiatan pembelajaran menyimak dalam kelas. Misalya, pemilihan bahan dan cara
mengevaluasi keberhasilan keaktifan dan kegiatan menyimak itu.
Faktor lingkungan terdiri atas faktor fisik dan
faktor sosial. Seseorang baik faktor fisik yaitu yang berkenaan dengan fisik
ruangan maupun suasana sosial akan mempengarhi daya simak. Dalam pertimbangan
lingkungan fisik, ruangan, misalnya ruangan kelas merupakan suatu faktor
penting dalam memotivasi kegiatan menyimak. Hal ini penting untuk menaruh
perhatian pada masalah-masalah akustik, agar para siswa dapat mendenganr dan
menyimak dengan baik tanpa ketegangan dan gangguan. Siswa cepat sekali merasakan
suatu suasana yang mendororng mereka untuk mengekspresikan ide-ide mereka dan
mengetahui dengan cepat bahwa sumbangan-sumbangan mereka akan dihargai. Suasana
yang mendorong siswa untuk mengalami, mengekspresikan, dan mengevaluasi ide-ide
memang penting diterapkan kalau keterampilan berkomunikasi dan seni berbahasa
dikembangkan dan berkembang. Hal ini merupakan dasar bagi pengalamanan kegiatan
informal yang terencana yang emembutuhkan dan menuntut komunikasi. Jadi, sudah
jelas bahwa suasana di kelas sangat mempengaruhi siswa dalam menyimak.
Kemauan menyimak dapat juga dipengaruhi oleh peranan
kita dalam masyarakat. Setiap profesi yang kita ambil memberikan pengaruh
terhadap daya simak. Misalnya, seorang mahasiswa , kita diharapkan dapat
menyimak lebih seksama dan penuh perhatian daripada kalau seandainya kita
merupakan karyawan harian pada sebuah perusahaan setempat. Jadi, jelaslah
betapa pentingnya faktor peranan dalam masyarakat bagi peningkatan kegiatan
menyimak.
Selanjutnya, faktor dalam kegiatan menyimak
diungkapkan oleh Rifnida dan Dwi (2011:17), ada empat faktor menyimak, yaitu
pembicara, pembicaraan, situasi, dan penyimak. Pembicara dalam tatap muka atau
secara langsung, sangat berpengaruh kepada kualitas hasil penyimakan yang
dilakukan oleh para pendengar. Lalu, pembicara, isis, atau pesan yang
disampaikan oleh pembicara haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu agar sesuai
dengan selera pendengar. Pembicara yang baru, aktual, berguna, menarik, mudah
ditangkap, dan tidak terlalu sukar, akan membuat pendengar betah menyimak
materi yang disampaikan dalam pembicaraan. Kemudian, situasi dalam menyimak
ialah segala hal yang menyertai peristiwa menyimak di luar pembicara,
pembicaraan dan menyimak. Situasi ini sangat menentukan keefektifan menyimak. Tempat
yang representatif waktu yang tepat,
suasana yang nyaman, tenang dan tentram, perlatan yang sempurna, suasana
pergaulan atau lingkungan antar individu yang menyimak harmonis menyertai
peristiwa menyimak dapat diharapkan hasil menyimak yang memuaskan. Selanjutnya,
diantara keempat faktor, faktor yang paling penting adalah faktor penyimak.
Dikarenakan walaupun ketiga faktor lainnya sudah sedemikian baik dan menunjang
keefektifan menyimak, kegiatan menyiamk tidak akan terjadi apabila penyimak
sendiri tidak mau menyimak.
Kemudian, pendapat lain dikemukakan Hermawan
(2012:49-54), faktor menyimak dibagi atas dua faktor, yaitu faktor internal da
faktor eksternal. Faktor internal meliputi pribadi sesorang, keadaan fisik
seseorang dalam melakukan kegiatan menyimak. Keadaan psikologis dan motivasi
pun berperan dalam kegitan menyimak. Sedangkan faktor eksternal, yaitu faktor
di luar pribadi seseorang. Misalnya, lingkungan.
Berdasarkan penjabaran faktor-faktor menyimak
menurut para ahli di atas, faktor-faktor yang diungkapkan oleh Tarigan lebih
jelas. Delapan faktor yang diungkapkannya secara terperinci menjelaskan hal-hal
yang menjadi perhatian atau faktor-faktor yang memepengaruhi kegiatan menyimak.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Menyimak dan membaca berhubungan erat karena
keduanya merupakan sarana
untuk menerima informasi dalam kegiatan berkomunikasi. Menyimak erat dengan
komuniasi lisan dan membaca erat kaitannya dengan komunikasi tulis. Oleh karena
itu, menyimak proses kegiatan mendengarkan ujaran dengan seksama guna memperoleh
informasi atau pesan yang disampaikan oleh pembicara.
Dalam kegiatan menyimak memiliki tujuan yang ingin
dicapai. Tujuan tersebut sebagai berikut, (1) mendapatkan fakta, (2) menganalisis
fakta, 3) mengevaluasi fakta, (4) mendapatkan inspirasi, (5) mendapatkan
hiburan, dan (6) memperbaiki kemampuan berbicara
Selain tujuan yang ingin dicapai, menyimak dapat
diklasifikasi menjadi beberapa jenis. Hal tersebut dapat ditinjau berdasarkan
sumber yang disimak, taraf aktivitas menyimak, hasil simakan, hasil penyimakan,
tujuan menyimak, tujuan khusus, dan situasi komunikasi dalam menyimak. Adapun,
menyimak ekstensif dan intensif. Menyimak pun dapat diklasifikasi berdasarkan
tujuannya.
3.2
Saran
Diharapkan setelah membaca makalah, bisa menambah
khasanah dalam ilmu pengetahuan mengenai keterampilan berbahasa khususnya
keterampilan menyimak, menerapkannya dalam pembelajaran baik di luar kelas
maupun di dalam kelas, sehingga di dalam pembelajaran bisa mencapai hasil
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Fajri,
Em Zul dan Ratu Aprilia Senja. 2008. Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia. Difa Publisher.
Rifnida dan Dwi
Rohmanto. 2011. Dasar-dasar Teori
Menyimak.
Suhendar, M. E.
1992. Materi Kuliah Dasar Umum Bahasa
Indonesia. Bandung: Pionir Jaya.
Sutari K.Y, Ice, Kartimi, Tiem, dan
Vismala. 1998. Menyimak. _.
Departemen pendidikan dan kebudayaan.
Tarigan, Henry
Guntur. 2008. Menyimak Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung.
Langganan:
Postingan (Atom)